Fakta Unik Warmindo, Warung Makan Merakyat di Kota Gudeg

Fakta Unik Warmindo
Warung Makan Indomie / Warmindo (Fb: WarmindoIndonesia)

Terasikip.com – Fakta Unik Warmindo. Sekilas memang tidak ada yang berbeda dengan Warung Makan Indomie atau Warmindo lainnya yang tersebar di beberapa daerah di Pulau Jawa. Akan tetapi, ada beberapa hal menarik yang sebenarnya bisa dilihat oleh siapapun, tetapi jarang mendapat perhatian dari para penikmat menu makanan Warmindo di Kota Gudeg (Yogyakarta).

Fenomena Warmindo di Yogyakarta ibarat jamur yang tumbuh subur ketika musim penghujan. Hampir di setiap sudut gang, jalanan, bahkan sampai kampung-kampung dan pemukiman warga di Yogyakarta, kita semua dapat menemukan banyak sekali Warmindo yang bermekaran dan identik dengan orang Sunda sebagai penjualnya.

Ini menarik bahwa Warmindo menjadi salah satu alternatif perilaku konsumtif mahasiswa dan masyarakat dari berbagai jenis kalangan menyempatkan datang walaupun hanya sebatas minum kopi saja. Selain itu, Warmindo juga menjadi alternatif yang dapat membantu meminimalisir pengeluaran berlebih bagi mahasiswa di wilayah sekitar kampus-kampus yang ada di Yogyakarta, karena harganya yang cukup terjangkau dan seakan menghadirkan nuansa seperti makan di rumah sendiri. Fakta Unik Warmindo

Menjamurnya kedai makanan dan minuman modern tidaklah membuat Warmindo kehilangan pelanggannya. Warmindo tetaplah eksis di mata mereka. Ada beberapa hal yang menarik dari Warmindo. Orang-orang Yogya sering menyebut Warmindo dengan nama Burjo (bubur kacang ijo). Padahal di Burjo sendiri jarang ditemukan menu bubur kacang ijo, bahkan hampir tidak ada. Ini tidak terlepas dari sejarah Warmindo yang cukup unik.

Baca juga:  Gula di Tanah Raja: Riwayat Industri Gula di Yogyakarta Pada Masa Kolonial
Fakta unik warmindo
Tempat Makan Warmindo (SHUTTERSTOCK/Mezario)

Keunikan selanjutnya adanya tanda pengenal keanggotaan bagi setiap Warmindo di Yogyakarta. Biasanya jika warung makanan identik dengan istilah “cabang dari kota Z atau cabang dari X”, fenomena tersebut, justru berbeda dengan Warmindo yang ditemukan di Yogyakarta. Karena tidak ditemukan satupun Warmindo yang mencantumkan sebagai cabang dari Warmindo lainnya, sehingga tumbuhnya ekonomi dibangun secara egaliter. Tanda pengenal ini juga dapa disebut sebagai adanya budaya yang dibangun secara harmonis serta berdasarkan pada kedekatan emosional kewilayahan. Selain itu, dari banyaknya Warmindo yang ada di Yogyakarta, harga yang ditawarkan di dalam menu tersebut tidak jauh berbeda dengan Warmindo di daerah Yogyakarta lainnya. Seperti ada rule of law yang harus dijalankan dan dipegang oleh semua pegiat bisnis Warmindo.

Keunikan lain dari Warmindo adalah adanya ciri warna yang khas yaitu  warna merah, kuning, dan hijau. Warna-warna ini membuat orang dengan mudah mengenali Warmindo. Lagi-lagi, strategi ekonomi yang cukup sederhana ini jarang sekali kita perhatikan, tetapi sebenarnya dari kesederhanaan ciri khas tersebut sudah membuktikan kuatnya entitas Warmindo di kalangan masyarakat.

Keunikan seperti bentuk fisik bangunannya menjadi penanda bahwa Warmindo sebenarnya adalah sama seperti Warung Tegal atau Rumah Makan Padang yang juga terdapat di beberapa daerah di Yogyakarta.Banyaknya Warmindo yang bermekaran di Yogyakarta sepertinya menjadi kekuatan ekonomi yang dapat menguasai pasar di Yogyakarta. Atau mungkinkah Warmindo di Yogyakarta akan dapat menjadi magnet terbesar bagi roda ekonomi masyarakat di Kota Gudeg ini? Lalu siapa penggerak utama dari Warmindo di Kota Gudeg ini?.

Baca juga:  Epigrafi sebagai Garda Depan Peradaban Indonesia

Jawabannya sebenarnya cukup mudah, kebesaran Warmindo yang diakomodir dan mendapat fasilitas tempat dapat saja dengan mudah menjadi kekuatan ekonomi yang besar di Yogyakarta. Warmindo dapat dengan mudah menjadi sentra ekonomi yang besar di Yogyakarta dan kesolidaritasan yang tinggi akan sangat mempermudah eksistensi dari usaha ini.

 

PENULIS

Nur Fadilah Yusuf

(Mahasiswa Universitas Gadjah Mada)