Fast Fashion, Tren, dan Kegemaran Anak Muda

Fast Fashion
Ilustrasi pada akivitas belanja pakaian atau fashion baik pada kalangan anak muda (freepik.com)

Terasikip.com – Istilah fast fashion atau bahasa lain dari mode cepat adalah istilah yang biasa digunakan oleh industri tekstil dengan berbagai model pakaian yang silih berganti dalam kurun waktu yang sangat singkat, selain waktu yang cepat fast fashion juga banyak menggunakan bahan baku yang berkualitas rendah yang menyebabkan bahan tidak bertahan lama.

Fast fashion sebagai clue, sangat erat kaitannya dengan ‘limbah fashion’ hal tersebut lantaran mode cepat ini menjadi salah satu dari penyebab terbesar akan polusi limbah terhadap lingkungan, seperti air, tanah, dan gas emisi rumah kaca yang dapat menyebabkan climate change atau perubahan iklim.

Dewasa ini banyak ditemui dipasaran sebuah produk yang berasal dari industri mode cepat, nama-nama brand seperti Zara dan H&M banyak mewarnai dunia fashion anak muda Indonesia. Dua brand tersebut adalah raksasa industri fast fashion dunia yang mungkin tanpa kita sadari bahwa ia membawa dampak lingkungan yang buruk.

Pada perjalanan fashion sejauh ini, fast fashion cukup menantang tradisi label atau brand pakaian yang sudah mapan dalam memperkenalkan koleksinya. Bahkan, tidak jarang dari label fast fashion tersebut memperkenalkan produk barunya hanya dengan beberapa minggu untuk tetap mengikuti tren. Mode cepat menjadi umum lantaran metode manufaktur dan pengiriman yang lebih murah dan lebih cepat menjadi andalan mereka, serta selera konsumen untuk selalu tampil dengan gaya terkini.

Baca juga:  Sarana Jalin Persaudaraan Warga dan Mahasiswa Indekos Di Kota Malang

Fast Fashion sebagai Tren

Bernaung dibawah istilah fast fashion sejatinya membentuk tren bagi para pengoleksinya, dimana konsep manajemen yang menghubungkan produsen dengan konsumen merupakan dasar dari hubungan yang saling menguntungkan. Kebutuhan dan kecepatan produksi adalah proses rantai penting bagi dunia industri fast fashion.

Belanja pakaian yang mulanya dianggap sebagai sebuah acara, dimana konsumen akan menabung dulu untuk waktu-waktu tertentu pada sepanjang tahun, tetapi hal demikian kian berubah sejak akhir tahun 1990-an dimana kegiatan belanja berubah menjadi bentuk sebagai hiburan dan pengeluaran akan kebutuhan pakaian semakin meningkat.

Mode cepat dengan produksi pakaian tiruan yang murah dan trendi, serta diproduksi secara massal memungkinkan bahwa konsumen seolah-olah mengenakan style yang sama seperti para model yang berjalan catwalk pada ajang pameran fashion show.

Permintaan konsumen yang berubah dengan cepat mengasumsikan bahwa konsumen menginginkan tampilan yang tinggi dengan biaya yang rendah, meskipun pakaian sering dibuat dengan sembarangan, pakaian tersebut tidak dimaksudkan untuk dipakai selama bertahun-tahun atau dalam kurun waktu yang lama.

Industri mode cepat ini akan terus berkembang dan berjalan dengan cepat, seperti pada laporan investopedia dimana industri mode cepat ini memiliki ukuran pasar mencapai $30,58 milliar pada tahun 2021 dan terus diproyeksikan mencapai $39,84 milliar pada tahun 2025 mendatang.

Kegemaran Millenial Akan Produk Fast Fashion

Sejak arus informasi tidak terbatas kalangan muda selalu mengeksplor banyak hal, tidak terkecuali dengan fast fashion ini. Tidak jarang anak muda di Indonesia khususnya yang memiliki kegemaran untuk berbelanja produk mode cepat ini baik secara daring maupun langsung mendatangi toko retilnya.

Baca juga:  Ferdy Sambo, Media Massa dan Popularitas

Produk-produk seperti Zara, H&M, Uniqlo, Shein, GAP, Forever 21, Topshop, Primark, Fashion Nova, dan New Look adalah sebagian dari merek atau brand mode cepat yang menguasai dunia. Anak muda tidak jarang pula yang membeli atau bahkan mendambakan dari produk-produk tersebut. Meskipun sisi negatifnya pada mode cepat ini adalah penyebaran mentalitas ‘sekali pakai’ nyatanya anak muda kini sangat gemar dan memilih produk-produk dari mode cepat.

Data Earnest Research pada Studi Kasus: Dampak Shein pada Fast Fashion melalui Data Perilaku Pembeli  menunjukkan bahwa pada tahun 2021 sebanyak 83% pelanggan telah melakukan setidaknya satu pembelian pada Fast Fashion sejak 2017. Shein menjadi satu-satunya merek mode cepat yang meningkatkan pangsa pelanggan baru antara tahun 2019 dan 2021.

Sementara Zara memiliki presentase pelanggan baru yang lebih rendah pada tahun 2021 sebesar 9% dibandingkan pada tahun 2019 yang mencapai 19% pelanggan baru. Sebaliknya, H&M menjadi merek mode cepat dengan pelanggan baru setiap tahunnya, dimana H&M pada tahun 2019 mendapatkan pelanggan baru sebesar 45%, pada tahun 2020 mencapai 38%, dan pada tahun 2021 masih menjadi yang tertinggi dengan mencapai 36% pelanggan baru, dengan begitu H&M menunjukkan daya tariknya dengan meletakkan pembeli yang lebih luas.

Ali Bisri
Pelaksana Harian Terasikip.com