Terasikip.com – Sejarah Bahasa Walikan Malang. Ada yang agak aneh dengan cara komunikasi bagi seorang pendatang yang memulai tinggal di Malang, Jawa Timur. Yapss keanehan itu adalah bahasanya. Osob Kiwalan atau Ngalaman (bahasa walikan), sebuah bahasa daerah khas arek-arek Malang.
Bahasa Walikan adalah bahasa jawa dengan struktur huruf dalam katanya yang dibalik sehingga membentuk kata yang baru. Bahasa merupakan penggabungan Bahasa Malang itu sendiri / dialek malangan dan bahasa Walikan, baik secara lisan maupun tertulis.
Yang cukup menarik adalah walau kamu tahu Bahasa Jawa, tapi kamu belum tentu mengerti bahasa walikan ini, karena katanya yang dibalik membentuk kosa kata baru. Nah sampai di sini, pasti dari kalian banyak yang penasaran bagaimana bahasa walikan tercipta?. Yuk simak baik-baik ulasan sejarah bahasa walikan Malang berikut.
Sejarah Bahasa Walikan
Pada mulanya Bahasa Walikan muncul dari pemikiran para pejuang saat masa perjuangan Gerilya Rakyat yaitu kelompok Gerilya Rakyat Kota (GRK). Para pejuang menciptakan Bahasa Walikan yang digunakan sebagai kode untuk menjamin kerahasiaan, efektifitas, dan komunikasi kepada sesama pejuang. Sekaligus untuk membedakan mana lawan atau kawan.
Penggunaan Bahasa Walikan menjadi sangat penting pada masa pendudukan Belanda yaitu sekitar Maret 1949. Pada waktu itu, banyak mata-mata Belanda yang dikirim untuk menyusup ke dalam barisan pejuang. Mata-mata Belanda adalah orang pribumi yang ahli berbahasa daerah sehingga mudah untuk mendapatkan informasi dari para pejuang yang tergabung dalam GKR. Penyusupan ini dilakukan terutama untuk memburu sisa-sisa pejuang laskar Mayor Hamid Rusdi yang gugur pada 8 Maret tahun 1949 di dukuh Sekarputih, sekarang Wonokoyo.
Bahasa walikan dipelopori oleh Suhudi Raharno, seorang pejuang Gerilya Rakyat Kota (GRK). Suhudi Raharno memiliki gagasan untuk menciptakan bahasa baru bagi sesama pejuang agar bisa menjadi suatu identitas dan komunikasi tersendiri sekaligus dapat menjaga keamanan informasi.
Bahasa Walikan dengan cepat dikuasai dan fasih digunakan dalam komunikasi oleh para pejuang karena keakraban dan pergaulan sehari-hari. Sementara itu, para penyusup yang tidak bergaul setiap hari akan dengan sendirinya ketinggalan serta kebingungan terhadap istilah-istilah baru. Oleh karena itu, bagi pejuang GRK yang tidak fasih menggunakan Bahasa Walikan maka dimungkinkan dari golongan pejuang sehingga kehadiran penyusup akan diketahui dengan cepat.
Fakta Unik Bahasa Walikan
Penggunakan Bahasa Walikan sebenarnya tidak sulit. Secara garis besar pengucapan dan penulisan Bahasa Walikan dibaca secara terbalik yakni dari belakang dibaca kedepan dengan mengacu Bahasa Jawa. Walau begitu, tidak semua Bahasa Walikan dibaca secara terbalik ya Guyss. Untuk mengetahui lebih lanjut, nih bocorannya.
Dilansir dari tulisan Aji Setyanto dalam Jurnal Pesona, struktur Bahasa Walikan terbagi menjadi 4 pola, yaitu Kata yang dibalik langsung seluruh hurufnya, Kata yang sebagian suku katanya tidak dibalik, Kata yang dibalik dengan imbuhan, dan pola lainnya.
Kata yang Dibalik Langsung Seluruh Hurufnya
Bahasa Walikan menggunakan kata yang struktur seluruh hurufnya dibalik secara langsung, dari belakang ke depan.
(K1V1K2V2K3) (K3V2K2V1K1)
Misal:
M O B I L L I B O M
M A N U K K U N A M
Kata yang Sebagian Suku Katanya tidak Dibalik
Pola ke dua dalam proses pembentukan kata-kata Bahasa Walikan yaitu sebagian struktur kata tidak dibalik atau tidak berubah.
(V2K4K3V1K1K2) (K1K2V1K3K4V2)
Misal:
L A N A N G N G A N A L
G O R E N G N G E R O G
S I N G O O N G I S
Kata yang Sebagian Suku Katanya tidak Dibalik
Pola selanjutnya yaitu beberapa kata dalam Bahasa Walikan yang diikuti atau didahului oleh imbuhan, proses pembalikan katanya barvariasi.
Pola ini cukup sederhana, yaitu kata yang mendapat imbuhan di-, dan –an, hanya dibalik katanya saja, sedangkan imbuhanya tetap. Misalnya struktur kata (di- K1V1K2V2K3) berubah menjadi (di-K3V2K2V1K1). Imbuhan –e dan –an juga berlaku sama.
Misalnya:
K E C I L – K E C I L A N L I C E K – L I C E K A N
K E R J O E O J R E K E
D I S I K A T D I T A K I S
Pola Lainnya
Selain pola pembentukan di atas, terdapat proses pembalikan yang berbeda dengan proses sebelumnya. Misalnya dalam kata “WALIK” menjadi “KIWAL”. “Ki” merupakan kebalikan dari 2 huruf terakhir “ik”, sementara kata “wal” tetap seperti urutan aslinya. Tatapi letak suku katanya yang awalnya di depan menjadi terletak di belakang.
Contoh lain:
K A B E H H E K A B
P E N J A R A A R A N J E P
M L A K U U K L A M
Nawak-nawak wes itreng hekab kan umak?.
Leave a Reply